25 Jenis Antibiotik Baru Ditemukan

Jum'at, 09 Januari 2015 09:42 WIB

 

Ilmuwan temukan varian antibiotik baru. Dari 25 varian yang ditemukan, salah satunya disebut-sebut menjanjikan.

25 Jenis Antibiotik Baru Ditemukan
WHO mengatakan jenis antibiotik baru harus segera dikembangkan. (BBC Indonesia)

 

Sekelompok peneliti dari Amerika Serikat melakukan sebuah terobosan dengan menghasilkan 25 jenis antibiotik baru.

Temuan itu adalah yang pertama sejak ilmuwan terakhir kali menciptakan varian antibiotik pada 1987 lalu.

Dari 25 jenis antibiotik baru, satu varian yang bernama teixobactin disebut-sebut menjanjikan karena beracun terhadap bakteri, namun tidak bagi tubuh mamalia.

Pun ketika diuji pada tikus, teixobactin sanggup menumpas bakteri Staphylococcus aureus yang tahan terhadap methicillin.

Para peneliti Universitas Northeastern di Boston, AS, itu kini perlu menguji antibiotik tersebut kepada manusia.

Kendati begitu, mereka yakin keampuhan teixobactin akan bertahan selama bertahun-tahun dan bakteri tidak kebal terhadapnya.

“Intinya, jenis antibiotik ini berkembang menjadi antibiotik yang tidak bisa dilawan. Kami tidak pernah melihat yang seperti ini. Ada berbagai trik berbeda di dalamnya yang meminimalisasi perlawanan,” kata Profesor Kim Lewis, kepala tim peneliti.

Kekebalan

Temuan para peneliti dari Universitas Northeastern tersebut telah dipublikasikan jurnal ilmiah Nature dan dipuji sejumlah pakar dari berbagai belahan dunia, salah satunya Dr. James Mason dari King's College di London.

Menurutnya, terobosan para peneliti dari Universitas Northeastern memang menakjubkan. Namun terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa antibiotik yang mereka temukan akan ampuh dalam sekian tahun mendatang.

Dia kemudian merujuk fakta bahwa keampuhan antibiotik akan memudar seiring waktu.

Penemuan antibiotik berkembang pesat pada era 1950-an dan 1960-an. Namun, sekian tahun kemudian, sejumlah mikroba mulai kebal terhadap antibiotik.

Contoh nyata ialah vancomycin yang ditemukan pada 1950-an. Namun pada akhir 1980-an, bakteri kebal terhadapnya.

(Sumber: BBC Indonesia)
http://nationalgeographic.co.id

Shared: